Ternate — istanafm.com. Curah hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Kota Ternate, Maluku Utara, memicu bencana alam di sejumlah kelurahan. Banjir dan tanah longsor terjadi di beberapa titik, menyebabkan kerugian secara material, fisik, dan psikologis bagi warga.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Wilayah Maluku Utara, Abdul Kadir Dedi Arif, mengatakan, wilayah Kepulauan Maluku Utara, termasuk Kota Ternate, sangat rentan terhadap bencana alam. Salah satu penyebab utamanya adalah perubahan lanskap akibat perombakan kawasan hutan.
“Kota Ternate saat ini tengah menghadapi tren banjir dan longsor. Ini terjadi karena perubahan lanskap akibat perombakan hutan yang signifikan,” ujarnya kepada reporter Istana FM, Jumat, 26 Juni 2025.
Ia mencontohkan kasus longsor yang terjadi di sekitar Benteng Kota Janji, Kelurahan Ngade. Menurutnya, kondisi kemiringan lereng di wilayah itu membuat kejadian longsor sangat mungkin terjadi secara alamiah.
“Longsor di sana memang disebabkan oleh kemiringan lereng yang curam. Dalam kondisi hujan deras, itu sangat wajar terjadi,” katanya.
Dedi menambahkan, faktor utama penyebab longsor adalah curah hujan dengan durasi dan intensitas tinggi yang menyebabkan pergerakan pasir dan tanah. Akumulasi air di tanah yang tak lagi mampu menyerap membuat struktur tanah menjadi labil.
Ia juga menyinggung pentingnya kewaspadaan terhadap letusan gunung api. Menurutnya, setiap gunung memiliki periodesasi erupsi berbeda-beda. Untuk Gunung Gamalama, erupsi biasanya terjadi dalam siklus 10 hingga 30 tahun.
“Harapannya tentu tidak akan terjadi letusan. Namun, secara geologis, Gunung Gamalama memiliki periodesasi yang perlu diwaspadai,” ujarnya. (Rifal Amir)