Obi Halsel- Istanafm.com. Kinerja Anggota Polisi yang bertugas di Polsek Wayaloar, Kecamatan Obi Selatan, patut untuk dipertanyakan. Kronologisnya dimana Anggota Polsek Wayaloar tidak becus saat menerima laporan Masyarakat yang teraniaya.Bahkan berbagai alasan yang tidak rasional Anggota Polsek Wayaloar sampaikan kepada Keluarga Pelapor, bahwa, “tunggu Kapolsek lagi di Jakarta.”
Informasi dan kronologis kejadian tersebut Istanafm.com terima dari Keluarga korban. penganiayaan melalui pesan WhatsApp pada Rabu, 04/06/2025.
Keluarga Korban Penganiayaan kecewa atas lambatnya Respon Kepolisian, keluarga korban penganiayaan yang terjadi pada tanggal 22 mei 2025 di Desa Mano, Kec. Obi selatan, mengungkapkan kekecewaan mendalam terhadap lambatnya respon pihak kepolisian dalam menangani laporan penganiayaan yang dialami oleh Wa Kida.
Adapun kronologis penganiayaan tersebut terjadi pada tanggal 22 malam sekitar pukul 23.00 wit. Saat itu, korban dari rumah menuju warung/kios untuk membeli pulsa lampu, saat dari rumah ke warung, kondisi di sekitar masih aman dan tidak ada keributan/pertikaian.
Setelah korban mau kembali dari warung ke rumah, tiba-tiba korban di hadang oleh seorang laki-laki bernama Dandi dan lansung melakukan penganiayaan kepada korban. Pada hari sabtu tanggal 24 Mei 2025, korban dan keluarga dari Desa Mano menyebrang ke Desa Wayaloar, ibu kota kecamatan obi Selatan, untuk melaporkan kejadian penganiayaan ke Polsek Obi Selatan.
Namun setelah sampai di polsek, aparat kepolisian menyampaikan bahwa, “nanti hari senin baru balik lagi.” Pada hari senin tgl 26 mei, korban kembali ke Polsek Obi Selatan untuk melaporkan penganiayaan yang terjadi. Setelah laporan di terima oleh Aparat Kepolisisan, Aparat Kepolisian menyampaikan bahwa, “selanjutnya kami akan menunggu Kapolsek datang, karena Kapolsek masih di Jakarta.”
Namun hingga saat ini belum ada langkah konkret yang dilakukan oleh aparat penegak hukum untuk mengusut pelaku secara serius. Keluarga merasa diabaikan, terlebih ketika keselamatan dan keadilan bagi korban menjadi taruhannya.
“Kami sudah melapor sejak tgl 24 mei, namun tidak ada tindak lanjut yang jelas. Padahal bukti dan saksi sudah kami sampaikan. Kami hanya ingin keadilan bagi istri kami yang menjadi korban kekerasan,” ungkap La Malu (suami korban), dalam pernyataannya kepada media.
Keluarga menilai keterlambatan ini bukan hanya bentuk kelalaian prosedural, tetapi juga menunjukkan kurangnya empati dan profesionalisme dalam menangani kasus-kasus kekerasan yang dialami oleh warga sipil. Ini bertentangan dengan jargon kepolisian tentang POLRI PRESISI.
Pihak keluarga meminta perhatian Kapolres Halmahera Selatan, agar mengevaluasi kinerja Kapolsek Obi Selatan dan Babinkhabtimas Desa Mano, karena dinilai abai serta lambat dalam memproses laporan peganiayaan yang terjadi kepada Wa Kida. Mereka meminta agar kepolisian segera menindaklanjuti laporan tersebut secara transparan dan bertanggung jawab.
“Kami tidak akan diam. Jika tidak ada kejelasan dalam waktu dekat, kami akan mengadukan hal ini ke lembaga pengawas dan meminta perhatian publik,” tegas pihak keluarga.
Kasus ini telah menarik perhatian masyarakat setempat yang turut mempertanyakan integritas dan kesiapsiagaan aparat kepolisian dalam menjamin rasa aman di tengah masyarakat.
Sebagaimana yang di sampaikan oleh Pengurus Ikatan Pelajar Mahasiswa Mano, bahwa semestinya pihak kepolisian harus bekerja secara, Prediktif: Polri diharapkan mampu memprediksi potensi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) dengan berbasis data dan analisis teknologi informasi. Ini mencerminkan pendekatan pencegahan yang modern dan proaktif.
Responsibilitas: mengandung makna bahwa setiap anggota Polri harus bertanggung jawab atas tugasnya secara moral, etika, dan profesional, serta mampu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Transparansi Berkeadilan: Penegakan hukum dan pelayanan publik oleh Polri harus dilakukan secara terbuka, jujur, dan tidak memihak, demi mewujudkan keadilan yang dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat. (Jaja On)
