Next Post

Mekkah Menghijau, Gurun Saudi Cenderung Mendingin atau Memanas ?

Istanafm.com, Jakarta – Menghijaunya sejumlah wilayah Mekkah, Arab Saudi, imbas hujan yang berlangsung dalam waktu cukup lama memicu pertanyaan, apakah jazirah Arab makin dingin? Para ahli punya jawaban sebaliknya.

Sebelumnya, sejumlah foto dan video beredar di Twitter dengan menampilkan sejumlah lanskap wilayah Makkah yang hijau, tak seperti wilayah gurun pasir.

“Pegunungan berubah menjadi hijau setelah hujan baru-baru ini di Makkah-Jeddah,” kicau akun @theholymosques sambil melampirkan 4 foto lanskap hijau wilayah Mekkah, Sabtu (7/1).

Penghijauan yang terjadi di wilayah gurun ini sebetulnya bukan hal yang mustahil. Dilansir National Geographic, banyak tumbuhan gurun bersifat semusim. Benihnya kemungkinan tidak aktif selama bertahun-tahun selama musim kering yang panjang.

“Ketika hujan akhirnya datang, benih-benih itu bertunas dengan cepat. Tumbuhan tumbuh, mekar, menghasilkan benih baru, dan mati, seringkali dalam waktu singkat. Hujan deras dapat mengubah gurun menjadi negeri ajaib berbunga hampir dalam semalam.”

Curah hujan yang meningkat di wilayah Saudi sendiri disebut sebagai dampak perubahan iklim. Beberapa waktu lalu, wilayah Saudi bahkan dilanda banjir karena hujan yang turun sangat deras.

Perubahan iklim ini tentu berdampak pada temperatur wilayah Saudi. Apakah itu berarti gurun semakin dingin?

Studi berjudul Future temperature in southwest Asia projected to exceed a threshold for human adaptability yang diterbitkan di jurnal bergengsi Nature pada 2015 ini memproyeksikan temperatur tersebut untuk periode 2071 hingga 2100 sebagai dampak dari perubahan iklim global.

“Kami memproyeksikan menggunakan simulasi model iklim regional beresolusi tinggi yang ekstrm bahwa suhu wet-bulb di wilayah di sekitar Teluk Arab cenderung mendekati dan melebihi ambang kritis ini di bawah skenario konsentrasi gas rumah kaca standar di masa depan,” kata peneliti.

“Hasil [studi] kami mengungkap titik-titik panas regional tertentu bahwa perubahan iklim, dengan ketiadaan mitigasi yang signifikan, kemungkinan akan berdampak parah [terhadap] layak huni atau tidaknya manusia di masa depan,” lanjut tim.

Pal dan Eltahir menyebut temperatur ekstrem tersebut akan sangat berdampak pada Saudi, salah satunya aktivitas haji yang dilaksanakan setiap tahun yang melibatkan hampir 2 juta orang.

“Ritual umat Muslim di luar ruangan cenderung menjadi berbahaya bagi kesehatan manusia, terutama bagi jemaah yang sudah lanjut usia, saat pelaksanaan ibadah haji selama musim panas boreal,” kata para peneliti.

Dalam sebuah studi berjudul Analysis of Climate Change Impacts on the Food System Security of Saudi Arabia mengungkap perubahan curah hujan dan suhu dari 1967 hingga 2016 atau periode 50 tahun serta memperkirakan pengaruh utama fluktuasi suhu terhadap produksi pangan.

Analisis tersebut menemukan suhu rata-rata telah meningkat sebesar 1,9 derajat Celcius selama lima dekade terakhir, dengan peningkatan tertinggi terjadi selama musim panas.

Dalam studi lain yang ditulis peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Jeremy S. Pal dan Elfatih A. B. Eltahir, disebutkan bahwa wilayah Jeddah dan Mekkah diproyeksikan akan mencapai suhu maksimal masing-masing 33 dan 32 derajat Celcius dalam kondisi kelembapan maksimal atau 100 persen (TWmax).

Selain itu, Tmax (kondisi kelembapan minimal atau kering) tahunan mencapai 55 derajat Celcius.

 
Negara gurun yang miskin

Pal dan Eltahir mengatakan peningkatan Tmax dan TWmax ini berdampak ke negara-negara di kawasan Asia Barat Daya.

“Kenaikan Tmax tahunan sebagai akibat dari perubahan iklim akan membuat lingkungan gurun yang keras saat ini jadi lebih keras. Sementara peningkatan TWmax tahunan mungkin akan membatasi pengembangan sepanjang pantai,” kata tim peneliti.

Pihaknya pun menilai negara-negara di kawasan ini akan memperoleh keuntungan yang cukup besar jika mendukung upaya mitigasi global yang tersirat dalam Skenario RCP 4.5.

Representative Concentration Pathway (RCP) 4.5 merupakan skenario moderat konsentrasi gas rumah kaca yang memuncak di 2040 untuk kemudian turun lagi yang diadopsi Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) di bawah PBB.

Upaya semacam itu yang diterapkan pada skala global akan secara signifikan mengurangi keparahan dampak yang diproyeksikan sebagai dampak tahunan TWmax tidak melampaui ambang batas 35 derajat C.

Selain itu, Tmax tidak akan melebihi 55 derajat C, kecuali di beberapa lokasi di mana suhu saat ini sudah parah.

Para ahli juga menyarankan aktivitas di wilayah terdampak dialihkan ke dalam ruangan. Hal itu memang akan menyedot banyak listrik, seperti penggunaan AC. Namun, itu dinilai tak berefek banyak pada negara kaya minyak.

Sementara, hal berbeda kemungkinan bakal terjadi di negara-negara Asia Barat Daya yang relatif miskin yang warganya banyak yang tak memiliki hunian permanen.

Misalnya, TWmax di wilayah pesisir Yaman di daerah sekitar Al-Hudaydah dan Aden diproyeksikan mencapai sekitar 33 derajat C pada tahun-tahun ekstrem.

Dengan kondisi seperti itu, perubahan iklim berpotensi akan menyebabkan kematian pada anak-anak dan lansia di wilayah miskin.

(lom/arh)

Source: CNN Indonesia

 
 
 
Artikel ini telah tayang di laman CNN Indonesia dengan judul  “Mekkah Menghijau, Gurun Saudi Cenderung Mendingin atau Memanas?” selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20230110122051-199-898362/mekkah-menghijau-gurun-saudi-cenderung-mendingin-atau-memanas.

ISTANA FM

ISTANA FM

Related posts

Newsletter

Jangan sampai ketinggalan informasi! Masukkan email Anda dan dapatkan update atas setiap berita terbaru di Istana FM!

ban11